Senin, 04 Juni 2012

metode cross sectional


HUBUNGAN ANTARA PRIMIGRAVIDA DENGAN ANGKA KEJADIAN
PREEKLAMSIA/EKLAMSIA DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
PERIODE 1 JANUARI – 31 DESEMBER 2008

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Sampai saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan belum dapat turun seperti yang diharapkan. Menurut laporan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada bulan Juli tahun 2005, Angka Kematian Ibu (AKI) masih berkisar 307 per 100.000 kelahiran hidup. Pemerintah sebenarnya telah bertekad untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dari 390 per 100.000 kelahiran hidup Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1994 menjadi 225 per 100.000 pada tahun 1999, dan menurunkannya lagi menjadi 125 per 100.000 pada tahun 2010. Tetapi pada kenyataannya Angka Kematian Ibu (AKI) hanya berhasil diturunkan menjadi 334 per 100.000 pada tahun 1997 dan menjadi 307 per 100.000 pada tahun 2003 menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI). Telah diketahui bahwa tiga penyebab utama kematian ibu dalam bidang obstetri adalah: pendarahan 45%, infeksi 15%, dan hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia) 13% (Roeshadi Haryono R, 2006).
Preeklamsia/eklamsia merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal di Indonesia. Sampai sekarang penyakit preeklamsia/eklamsia masih merupakan masalah kebidanan yang belum dapat terpecahkan secara tuntas. Soejonoes (1980) melakukan penelitian di 12 Rumah Sakit rujukan dengan jumlah sampel 19.506, didapatkan kasus preeklamsia 4,78%, kasus eklamsia 0,51% dan angka kematian perinatal 10,88 perseribu.
Soejoenoes (1983) melakukan penelitian di 12 Rumah Sakit Pendidikan di Indonesia, didapatkan kejadian peeklamsia dan eklamsia 5,30% dengan kematian perinatal 10,83 perseribu (4,9 kali lebih besar dibandingkan dengan kehamilan normal).
Preeklamsia merupakan penyakit yang angka kejadiannya di setiap negara berbeda-beda. Angka kejadian lebih banyak terjadi di negara berkembang dibanding pada negara maju. Hal ini disebabkan oleh karena di negara maju perawatan prenatalnya lebih baik. Kejadian preeklamsia dipengaruhi oleh paritas, ras, faktor genetik dan lingkungan. Kehamilan dengan preklamsia lebih umum terjadi pada primigravida, sedangkan pada multigravida berhubungan dengan penyakit hipertensi kronis, diabetes melitus dan penyakit ginjal (Baktiyani, 2005).
Pada primigavida atau ibu yang pertama kali hamil sering mengalami
stress dalam mengalami persalinan sehingga dapat terjadi hipertensi dalam kehamilan atau yang biasa disebut preeklamsia/eklamsia. Primigravida juga
merupakan salah satu faktor risiko penyebab terjadinya preeklamsia/eklamsia.
Pada primigravida frekuensi preeklamsia/eklamsia meningkat dibandingkan pada multigravida terutama pada primigravida muda yang disebabkan oleh berbagai faktor. Pada primigravida frekuensi preeklamsia/eklamsia lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda. M.K Karkata (2005) melakukan penelitian di Rumah Sakit Denpasar, didapatkan sebaran preeklamsia sebagai berikut : Insidensi preeklamsia pada primigravida 11,03%. Angka kematian maternal akibat penyakit ini 8,07% dan angka kematian perinatal 27,42%. Sedangkan pada periode Juli 1997 s/d Juni 2000 didapatkan 191 kasus (1,21%) preeklamsia berat dengan 55 kasus di antaranya dirawat konservatif.
Berdasarkan data diatas, penulis menganggap perlu dilakukan penelitian tentang hubungan antara primigravida dengan angka kejadian preeklamsia/eklamsia.


A.    Langkah-langkah penelitian

1.      Memilih Populasi Penelitian
Ø Populasi Target
Ibu hamil primigravida atau bukan primigravida dengan penyakit
preeklamsia/eklamsia maupun pada kehamilan normal.
Ø Populasi Aktual
Ibu hamil primigravida atau bukan primigravida dengan penyakit
preeklamsia/eklamsia maupun pada kehamilan normal di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta antara 1 Januari 2008 – 31 Desember 2008

2.      Memilih Sampel dan Teknik sampling
Sampling adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005).
Sampel pada penelitian ini adalah secara non random dengan menggunakan purposive sampel yaitu suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan :
1.      Ibu hamil dengan status primigravida maupun bukan primigravida
2.      Ibu hamil dengan preeklamsia/eklamsia
3.       Ibu dengan kehamilan normal
4.       Usia ibu antara 17 tahun sampai dengan 40 tahun
5.       Umur kehamilan sama dengan atau lebih tua dari 20 minggu
besar sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 60 sampel.

3.      Variabel Penelitian
·         Variabel bebas : primigravida
Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kali baik usia ibu dibawah 20 tahun maupun diatas 35 tahun.
·         Variabel tergantung : preeklamsia/eklamsia
Preeklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan

4.      Desain Penelitian Cross Sectional (Potong Lintang)
Setelah dilakukan  pemilihan sampel dari populasi didapatkan desain penelitian Cross Sectional didapatkan :
Data faktor resiko
Simbol
1.      Kelompok ibu hamil (primigravida) mengalami preeklamsia
(E+D+)
2.      Kelompok ibu hamil (primigravida) tidak mengalami preeklamsia
(E+D-)
3.      Kelompok ibu hamil (tidak primigravida) mengalami preeklamsia
(E-D+)
4.      Kelompok ibu hamil (tidak primigravida) tidak mengalami preeklamsia
(E-D-)












Keterangan :
          Paparan           : E+ (Primigravida)
                                                        E- (Tidak primigravida)
Deases             : D+ (mengalami preeklamsia)
                                                              D- (tidak mengalami preeklamsia)




5.                   Efek deases (primigravida)

Kejadian preeklamsia (deases)
Primigravida (E)
Jumlah
E+
E-
D+
A
b
a+b
D-
B
d
c+d
Jumlah
a+c
b+c
a+b+c+d

Prevalence kelompok primigravida (Po) = a/a+b

Prevalence kelompok tidak primigravida (Pi) = c/c+d

Ratio prevalence (RP) = Po/Pi

§  Analisa data :
Apabila RP = 1, maka tidak ada hubungan antara faktor resiko dengan penyakit.
Apabila RP > 1, maka ada asosiasi positif antara fakor resiko dengan penyakit.
Apabila RP<1, maka ada asosiasi negatif antara faktor resiko dengan penyakit.

6.                   Hasil Pengamatan (Tabel)

Preeklamsia
(+)
Preeklamsia
(-)
Total
N
%
N
%
N
%
Primigravida
35
29,2
25
20,8
60
50,0
Tidak
primigravida
24
20,0
36
30,0
60
50,0
Total
59
49,2
61
50,8
120
100,0

Prevalence kelompok primigravida (Po) = a/a+b
(Po) = 35/35+25
        = 0,58 ibu hamil

Prevalence kelompok tidak primigravida (Pi) = c/c+d
                                                                                     = 24/24+36
                                                             = 0,4 ibu hamil

Ratio  prevalence                                 (RP) = Po/Pi
                                                                          = 0,58/0,4
                                                                          = 1,45

                        Hasil analisis pada tabel 1 menunjukkan bahwa ratio prevalence bernilai 1,45 (r >1), berarti ada hubungan antara primigravida dengan preeklamsia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil dengan  primigravida mengalami preeklamsia (29,2%) dan 20,8 tidak preeklamsia. Resiko terjadinya preeklamsia pada kehamilan primigravida adalah 10 lebih banyak dibandingkan yang tidak mengalami preeklamsia.              






Kesimpulan
Terdapat hubungann antara kehamilan primigravida dengan preeklamsia pada ibu hamil dengan ratio prevalence (RP >1). Bahwa kehamilan primigravida akan beresiko mengalami preeklamsia. Namun  kehamilan yang tidak primigravida ratio prevalence (RP <1). Jadi kehamilan yang tidak primigravida memiliki resiko lebih kecil dibandingkan dengan kehamilan primigravida.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar